Pertama kali kulihat dirimu,
Bagai memimpikan sajak-sajak bumi kepada bulan, yang terus menolak untuk dibangunkan yang tak mungkin bersatu.
Rasanya seperti jiwaku terbang ke angkasa luar dan berakhir dihantam asteroid. Semua terpecah belah, termasuk perasaanku yang melayang-layang diantara Mars dan Jupiter.
Jangan bertanya, mungkin itu sebabnya kita tak pernah jadi diri sendiri saat pertama kali dengan dia. Kita harus menemukan diri kita sendiri di angkasa luar sana.
Matamu bagaikan lautan yang ingin aku selami untuk melihat indahnya karang yang berada jauh di bawah bola matamu. Aku ingin selalu dekat denganmu.
Begitu pula bibirmu. Batas antara ketidakwarasanku. Dan aku gila. Karena setiap saat ku lihat kau, kau selalu tersenyum.
Sebuah kombinasi yang luar biasa. Diriku yang sedang berada di ruang antah-berantah melihat senyum dirimu dan kedua bola matamu.
Ingin ku sapa dirimu. Tapi setiap kali hati ingin bersandar dalam jiwamu, selalu kuurungkan niatku. Jangan kau tanya mengapa.
Ada beberapa perihal di dunia ini yang enggan untuk dijawab.
Dan kelak,
Kau akan tahu.
Setelah kutemukan semua retakan diriku, semua itu sia-sia. Remuk kembali.
Karena pada akhirnya, aku lihat kau dengan dirinya.