Lampu itu menembus sepasang jendela. Kugenggam erat pensilku. Malam ini begitu syahdu. Hamparan bintang bernyanyi tuk bulan dengan gemerlap cahayanya. Dan sebuah memori yang beku di ruang hampa
Tatapanku kosong
Kertas itu tetap saja sepi akan kata. Seakan tidak mau menjalin hubungan dengan goresan pensil. Perasaan pilu menggerogoti tengah malamku.
Semoga saja begitu juga dengan dirimu.
Akhirnya tertulis semua di kertas,
Aku kamu.
Dipisahkan oleh sebuah spasi
Mungkin itu yang harusnya kita lakukan 2 tahun lalu. Layaknya burung berkicau di pagi hari dan hinggap di ranting pohon saat makan siang.
Bukan ini, sama sekali bukan.
Kamu yang selalu dekat denganku. Tidak ada ruang untuk bergerak. Kamu selalu ada dimana-mana. Bagai napi yang terperangkap di bilik penjara.
Seindah apapun huruf terakhir, akan kah itu akan bermakna jika tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik.
Seperti yang orang lain katakan,
Bunga tidak akan hidup di ruang sempit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar