Rabu, 31 Mei 2017
Hello, My Name Is Happiness.
Mungkin buyut-buyut kita lupa menulis dalam pelajaran kebutuhan primer kita akan pentingnya bahagia. Bahagia tidak meminta untuk diundang dan tidak juga kita suruh untuk singgah sebentar. Apa kita benar-benar bahagia dengan berbagai guyonan di internet? Atau bahagia karena juara Premier League di console game Fifa 17?
Begini, jika maut hal yang paling dekat dengan kita, maka bahagia lah yang berada di antrean nomor dua.
Kita selalu saja mengeluh kenapa hidup itu bosan, menyedihkan, bahkan memalukan. Gue di sini bukan untuk menawarkan alat pelangsing tubuh apalagi baju-baju hypebeast. Gue akan mengingatkan apa itu bahagia.
Mari kita buat skema seperti ini.
Kita yang sedang dilanda lapar hebat akhirnya menemukan sebuah warung makan di pinggir jalan. Sambil menunggu makanan datang, lalu lalang beberapa pengamen atau ibu-ibu tua yang berjualan makanan ringan. Sampai akhirnya kita makan, kenyang, bayar, lalu pulang.
Terlihat remeh bukan? Tapi secara tidak sadar, sudah berbagai kebahagiaan yang kita dapat. Betapa bahagianya hati dan perut kita melihat warung tersebut. Apalagi yang lebih baik dibanding mendengar pengamen memamerkan suara mereka sembari menunggu makanan? Bayangkan jika kita memberi sedikit receh untuk mereka, begitu juga dengan ibu-ibu tua itu. Mereka pasti akan menjawab dengan singkat, "Terima kasih,".
Yang ingin Gue sampaikan adalah, bahagia tidaklah naif, tidak pula memihak. Bahagia adalah simbiosis mutualisme. Kita tidak tahu bagaimana bahagianya para pengamen dan ibu-ibu penjual makanan itu, atau betapa senangnya sang koki melihat kita makan dengan lahapnya. Coba lain waktu kita lebih mengapresiasi frasa "terima kasih" dari orang-orang, Gue akan menjamin akan mendatangkan rasa bahagia yang amat-amat banyak.
Sebenarnya masih banyak contoh kasus bahagia lainnya. Pesan Gue untuk kalian para pembaca blog Gue, sering-seringlah melangkah keluar dari tempat kalian, temukan kejadian unik di persimpangan atau di sudut-sudut kota. Pasti kalian akan menemukan beribu contoh kebahagiaan.
Menurut pandangan Gue adalah, bahagia bukan saat kalian menonton video lucu di youtube, tapi saat kalian melucu dengan teman kalian secara langsung. Akan ada semacam koneksi rasa bahagia antara kalian dengan lawan bicara kalian, vice versa. Jika begitu, kita akan bertemu bahagia dengan fisiknya yang utuh.
Memang kita tidak mengundang bahagia untuk datang, tapi kita yang mencari bahagia itu sendiri. Ketika kalian sudah berkenalan dengan bahagia, kalian akan tahu sendiri, bagaimana cara untuk bahagia.
Kamis, 11 Mei 2017
we are not 'we'
Mereka anggap kota ini penuh harapan.
Nyatanya tiap malam diriku berada di ambang kehidupan,
dengan mata yang mengelak untuk menguncup tanpa bosan.
Katanya ini kota penuh bintang.
Entah mereka lupa, sudah berapa banyak bintang yang jatuh?
Terbujur layu diselimuti awan kelam,
namun digantikan oleh bintang yang siap mengadu peruntungan.
Lalu dirimu membawa segenggam mimpi.
Kau tuangkan di jantungku misi,
untuk kembali meniti puisi yang sudah dimakan basi.
Lihatlah apa yang telah kau perbuat,
layak Ibu yang merawat bunga nan elok,
sama apiknya dengan penemuan di Griffith Observatory.
Tapi, kita tahu dimana kita akan berhenti.
Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk menjadi 'kita'.
Seluruh guratan membekas pada punggungku.
Selalu terasa sama sejak dulu,
sangat hangat dan baru.
Mungkin kamu bisa mampir ke kedaiku.
Aku tidak akan keberatan bertemu,
atau hanya sekadar bertatap bisu.
Dirimu akan terasa seperti dahulu.
/terinspirasi oleh film karya Damien Chazelle, La La Land/